Kamis, 17 Januari 2013

Prolog

Diposting oleh Unknown di 20.51

Aku melihat pria itu. pria itu telah menarik hatiku beberapa menit ini. Dia terus saja menatap mesra nisan didepannya. Seolah tak ingin lepas, seolah tak ada rumah lebih nyaman dibanding gundukan tanah didepannya.
Aku tidak pernah melihat binar mata seperti miliknya. Binar mata itu, penuh harap, penuh cinta, penuh kedamaian. Dia menatap, seolah dia adalah pria paling bahagia. Seolah gundukan tanah didepannya adalah surga baginya.
Aku ingin.. ingin sekali mengenal pria itu. jika itu hal terakhir yang bisa aku lakukan, aku takkan menyesal. Sungguh, jika itu adalah kebahagiaan terakhirku yang Tuhan berikan, aku benar-benar tidak akan menyesal ...
“kenapa kau menatapku seperti itu?” apa? Pria itu! aku sungguh tidak menyadarinya. Sudah berapa lama pria itu memergokiku yang telah memandanginya?
“emm, maaf. Aku mengganggumu. Hanya saja, aku tak pernah menemui orang sepertimu.”
“memang aku seperti apa?”
“yah, aku tak pernah menemui orang yang menatap penuh cinta pada nisan didepannya.”
“haha, bagaimana kau tahu?” pria itu tertawa renyah. Binar itu sepertinya kembali membiusku.
“matamu yang berbisik padaku,” aku tersenyum simpul. “boleh tahu namamu? Rasanya tak enak mengobrol tanpa tahu nama.”
“Raka. Namamu?”
“Keynaya,” dia tertawa pahit. Aku tak tahu alasannya. Apakah namaku terdengar aneh?
“maaf. Tapi yang terbaring damai didepan matamu ini bernama Key,”
Aku langsung tanggap. “maaf jika itu menguak kesedihanmu,” aku menghela nafas. “boleh tahu siapa?”
“Keyra itu, sahabat selamanya. ‘nggak ada yang bisa menggantikannya. Dia meninggal karena ginjalnya rusak. Dia punya kelainan sejak lahir.”
Sama sepertiku. Tapi aku tak mengerti kenapa dia menceritakan hal sepribadi itu kepada orang yang baru dikenalnya? Apakah dia sekesepian itu?
            “senang mengenalmu. Tapi aku harus segera pergi, maaf.” Aku berbalik. Jamku menunjukkan waktu istirahat. Jika tidak, resep dokter menanti. Aku muak melihatnya.
***
            Gadis tadi. Gadis tadi menguak masa kita, Key. Masa-masa indah kita .. aku rindu kamu. Aku rindu senyummu. Kenapa kamu lari, Key?
            Key, kau tahu? Walau aku baru bisa menyatakannya sekarang, tapi aku masih mencintaimu sama seperti pertama kali aku memandangmu, seperti pertama kali mata indahmu memikat hatiku.
            Apa aku terlalu cengeng? Hah, aku memang pengecut, Key. Maafkan aku. Maafkan bila aku tak bisa membahagiakanmu dihari terakhirmu. Aku menyesal, Key. Sangat sangat menyesal..


0 komentar:

Posting Komentar

 

Firdinny Hapsari Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos